GANGGUAN KOGNITIF DAN GANGGUAN PSIKOLOGIS YANG TERKAIT
DENGAN PENUAAN
A. Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif
meliputi gangguan dalam pikiran atau ingatan yang menggambarkan
perubahan nyata dari tingkat fungsi individu yang sebelumnya. Gangguan kognitif
terjadi apabila otak mengalami kerusakan atau mengalami hendaya dalam
kemampuannya untuk berfungsi akibat luka-luka, penyakit, keterpaparan terhadap
racun-racun, atau penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan psikoaktif.
Orang-orang dengan gangguan kognitif mungkin sepenuhnya akan menjadi bergantung
pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam hal makan, beraktivitas di
toilet, dan berdandan. Terdapat 3 jenis utama dalam gangguan kognitif, antara
lain:
1. Delirium
Delirium mencakup keadaan kebingungan mental yang ekstrem
dimana orang mengalami kesulitan berkonsentrasi dan berbicara secara jelas dan
masuk akal. Orang yang terkena delirium mungkin mengalami kesulitan untuk
mengabaikan stimulus yang tidak sesuai atau mengalihkan perhatian mereka pada
tugas yang baru. Berikut ini ada beberapa faktor-faktor penyebab delirium,
diantaranya:
a) Kondisi medis,
seperti ganguan metabolisme
b)
Penyakit-penyakit otak
c) Putus zat
secara tiba-tiba dari alkohol dalam kasus alkoholisme
2. Demensia
Demensia meliputi deteriorasi mendalam pada fungsi mental
yang ditandai oleh masalah yang berat pada ingatan dan satu atau lebih defisit
kognitif. Demensia biasanya menyerang orang-orang yang berusia lebih dari 80
tahun. Dementia bermula setelah usia 65 tahun yang disebut dengan dementia
onset lambat atau dementia senil. Sedangkan yang bermula pada usia 65 tahun
atau lebih awal disebut sebagai dementia onset awal atau dementia prasenil.
Berikut ini adalah penurunan koognitif pada dementia, yaitu:
a) Afasia,
hendaya dalam kemampuan memahami dan/atau berbicara
b) Apraksia,
hendaya dalam kemampuan menampilkan gerakan yang bertujuan walaupun tiada
gangguan pada fungsi motorik
c) Agnosia,
ketidakmampuan untuk menganali objek meskipun sistem sensoris tetap baik
d) Gangguan dalam
fungsi eksekutif, penurunan kemampuan dalam hal perencanaan, pengorganisasian,
atau merangkai aktivitas, atau untuk berpikir secara abstrak
Dibawah ini ada beberapa penyebab dari gangguan dementia,
antara lain:
a)
Penyakit-penyakit otak
b) Neurosifilis
c) Stroke
berganda
d) Tumor otak
e) Trauma kepala
f) Infeksi otak
3. Gangguan
amnestik
Gangguan amnestik ditandai oleh penurunan fungsi ingatan
secara secara dramatis yang tidak berhubungan dengan keadaan delirium atau
dementia. Amnesti meliputi ketidakmampuan untuk mempelajari informasi baru atau
untuk mengingat kembali informasi yang sebelumnya dapat diakses atau
kejadian-kejadian masa lalu dari kehidupan seseorang. Penyebab amnesia mencakup
mencakup operasi otak, hipoksia atau kehilangan oksigen di otak secara
mendadak, infeksi atau penyakit otak, infarktus atau penyumbatan pada pembuluh
darah yang menyalurkan darah ke otak, serta penggunaan yang kronis dan berat
zat-zat psikoaktif tertentu.
B. Gangguan Psikologis yang Terkait dengan Penuaan
Banyak perubahan psikologis yang terjadi sejalan dengan
penuaan. Perubahan dalam metabolisme kalsium mengakibatkan tulang menjadi rapuh
dan meningkatkan risiko parah apabila sampai terjatuh. Kulit tumbuh kurang
elastis, menyebabkan keriput dan lipatan, indra jadi kurang tajam, sehingga
orang tua kurang dapat melihat dan mendengar secara akurat. Orang lanjut usia
butuh waktu lebih lama untuk berespons terhadap stimulus, baik ketika mereka
mengemudi maupun saat melakukan tes intelegensi. Di bawah ini ada beberpa
gangguan psikologi yang terkait dengan penuaan, antara lain:
1. Gangguan
kecemasan dan penuaan
Gangguan kecemasan merupakan jenis gangguan mental yang
paling umum menyerang orang tua. Gangguan kecemasan yang paling sering terjadi
pada orang lanjut usia adalah gangguan kecemasan menyeluruh dan gangguan fobia.
Gangguan kecemasan menyeluruh mungkin timbul dari persepsi bahwa orang tersebut
kehilangan kendali atas kehidupannya, yang mungkin berkembang pada masa
kehidupan lanjut ketika orang itu berusaha melawan penyakitnya, kehilangan
teman-teman dan orang yang dicintai,
serta mengalami penurunan kesempatan dalam hal ekonomi. Obat penenang
ringan seperti benzodiazepine, biasanya
digunakan untuk mengatasi kecemasan pada orang usia lanjut.
2. Depresi dan
penuaan
Depresi pada masa tua dihubungkan dengan tingkat penurunan
fisik yang lebih cepat dan tingkat mortalitas yang tinggi. Orang-orang lanjut
usia sangat rentan terhadap depresi yang disebabkan oleh stres dalam menghadapi
perubahan-perubahan kehidupan yang berhubungan dengan apa yang dahulu disebut
sebagai tahun emas-pensiun, penyakit atau ketidakmampuan fisik, penempatan
dalam panti jompo, kematian pasangan, saudara kandung, teman lama, dan
kenalan-kenalan, atau kebutuhan untuk merawat pasangan yang kesehatannya
menurun.
3. Gangguan tidur
dan penuaan
Gangguan tidur terutama insomnia umumnya terjadi pada orang
lanjut usia. Orang lebih cenderung mengalami gangguan tidur saat mereka tua,
hal ini mungkin disebabkan adanya depresi, kecemasan, faktor-faktor
psikososial, seperti kesepian dan kesulitan yang terkait dengan tidur itu
sendiri. Disfungsi kognitif, seperti perhatian yang berlebihan terhadap
dampak-dampak negatif dari kurangnya tidur dan persepsi keputusan serta
ketidakberdayaan dalam mengendalikan tidur, hal-hal tersebut dapat memainkan
peran dalam memunculkan insomnia pada orang lanjut usia. Penenang ringan sering
digunakan untuk merawat insomnia pada orang yang usia lanjut. Namun,
masalah-masalah seperti ketergantungan dan simtom putus zat haruslah
diperhatikan untuk penggunaan obat jangka panjang.
4. Demensia tipe
alzheimer
Penyakit alzheimer (AD) merupakan penyakit otak degeneratif
yang menyebabkan bentuk demensia yang progresif dan tidak dapat diperbaiki,
yang ditandai dengan hilangnya ingatan dan fungsi kognitif lainnya. Orang-orang
yang berusia lanjut mengeluh tidak dapat mengingat nama-nama seperti apa yang
diingatnya dahulu. Meskipun lupa yang ringan mungkin mengkhawatirkan
orang-orang, hal ini tidak akan mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan mereka.
a) Diagnosis,
didasarkan pada proses pengecualian dan hanya diberikan ketika kemungkinan
penyebab lain dari demensia dihilangkan. Diagnosis untuk mengkonfirmasi AD
dapat dibuat hanya berdasar pemeriksaan terhadap jaringan otak melalui biopsi
atau autopsi. Namun, biopsi jarang dilakukan karena adanya risiko hemoragi atau
infeksi.
b) Ciri-ciri
penyakit alzheimer, tahap awal dari penyakit ini ditandai oleh masalah-masalah
keterbatasan ingatan dan perubahan kepribadian yang tidak kentara. Orang-orang
dengan AD dalam tingkat keparahan sedang mungkin tidak dapat memilih pakaian
untuk musim atau acara tertentu. Sejumlah orang yang menderita AD tidak
menyadari kekurangan mereka. Hendaya kognitif menjadi semakin parah ketika
penyakit berkembang. Orang yang menderita AD dengan tingkat keparahan sedang
mungkin akan mulai berjalan dengan langkah yang lebih pendek atau lebih pelan.
Orang-orang yang menderita AD tingkat lanjut akan mulai berbicara dengan diri
mereka sendiri atau mengalami halusinasi visual atau bahkan waham paranoid.
Pada tingkat yang paling parah, fungsi kognitif menurun hingga derajat dimana
orang tersebut menjadi tidak berdaya.
c) Faktor-faktor
penyebab alzheimer, kita mengetahui bahwa plak atau semacam gumpalan serat besi
yang terbentuk di otak yang menderita penyakit alzheimer, terdiri dari material
yang disebut dengan beta amyloid yang terdiri dari fragmen-fragmen protein yang
berserat. Alzheimer mungkin menyebabkan mutasi genetis, fragmen-fragmen
tersebut terpisah dari protein yang lebih besar selama metabolisme dan berkumpul bersama dalam ikatan yang menarik
sisa-sisa sel-sel saraf lainnya hingga membentuk plak. Plak-plak tersebut
mungkin bertanggungjawab atas musnahnya jaringan-jaringan otak yang berdekatan,
menyebabkan kematian sel-sel otak yang membentang di daerah otak yang luas,
yang pada gilirannya akan menyebabkan hilangnya ingatan, kebingungan, dan
simtom-simtom lain dari penyakit.
d) Penanganan
alzheimer, penanganan alzheimer dengan menggunakan obat-obatan, dimana
obat-obatan ini semuanya bekerja dengan menghambat pemecahan Ach, yang
meningkatkan ketersediaan dari zat-zat kimia di otak. Obat-obat ini hanya bisa
memperlambat perkembangan penyakit. Selain menggunakan obat-obatan AD dapat
ditangani dengan intervensi psikososial, seperti program pelatihan ingatan.
Ibuprofen mungkin mengurangi risiko AD dengan mengurangi radang otak yang
dihubungkan dengan penyakit AD.
5. Demensia vaskular
Demensia vaskular adalah bentuk demensia yang merupakan
akibat dari stroke yang berulang-ulang. Demensia vaskular kebanyakan menyerang
orang pada usia lanjut. Demensia vaskular biasanya diakibatkan oleh stroke
berganda yang terjadi pada waktu yang berbeda dan memiliki efek kumulatif pada
kisaran yang luas dari kemampuan mental. Ciri-ciri demensia vaskular, demensia
vaskular biasanya terjadi secara cepat dengan mengikuti tahap-tahap deteriorasi
yang mencakup pola penurunan fungsi kognitif yang cepat dan diyakini mencerminkan dampak dari stroke tambahan.
Beberapa fungsi kognitif mungkin relatif tetap baik di awal serangan penyakit.
6. Demensia
akibat kondisi medis umum
a) Demensia
akibat penyakit pick, penyakit pick menyebabkan demensia progresif.
Simtom-simtomnya mencakup hilangnya ingatan dan ketidaklayakan secara sosial.
Penyakit pick diyakini berkontribusi pada sekitar 5% dari demensia. Penyakit
ini paling banyak terjadi antara usia 50 dan 60 tahun. Risiko akan berkurang dengan
meningkatnya usia setelah 70 tahun. Penyakit pick lebih banyak dialami oleh
laki-laki.
b) Demensia
akibat penyakit parkinson, demensia terjadi sekitar 20% hingga 60% orang yang
menderita parkinson. Penyakit parkinson ditandai oleh getaran-getaran anggota
badan yang tidak terkontrol, gangguan dalam postur, dan hilangnya kontrol
terhadap gerakan tubuh.
c) Demensia
akibat penyakit huntington, penyakit huntington mempengaruhi sekitar 1 dari
10.000 orang, biasanya berawal pada masa dewasa antara 30 dan 45 tahun.
Laki-laki dan perempuan cenderung memiliki kemungkinan yang sama untuk
terserang penyakit ini. Penyakit huntington disebabkan oleh kerusakan genetis
pada satu gen yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini diturunkan secara
genetis.
d) Demensia akibat penyakit HIV, demensia jarang
terjadi pada orang dengan HIV yang belum berkembang menjadi AIDS sepenuhnya.
Satu dari empat orang yang mengidap AIDS mengembangkan beberapa bentuk hendaya
kognitif yang dapat berkembang menjadi demensia.
e) Demensia
akibat penyakit creutzfeldt-jakob, penyakit ini merupakan penyakit otak yang
jarang terjadi dan fatal. Penyakit ini ditandai oleh pembentukan rongga kecil
pada otak yang menyerupai lubang-lubang
pada spons. Penyakit ini biasanya menyerang orang-orang pada rentang
usia 40-60 tahun. Pada sekitar 5% hingga 15% kasus terdapat bukti penularan
dalam keluarga, yang mengindikasikan bahwa komponen genetis mungkin terlibat
dalam menentukan kerentanan terhadap penyakit ini.
f) Demensia
akibat trauma kepala, trauma kepala dapat melukai otak. Sentakan yang keras,
pukulan, atau jaringan-jaringan otak yang terpotong, biasanya karena kecelakaan
atau akibat serangan adalah penyebab dari luka pada otak. Demensia progresif
akibat trauma kepala lebih cenderung merupakan hasil trauma kepala berulang
daripada pukulan atau trauma kepala tunggal.
Pendekatan Penanganan
1. Delirium,
mungkin akan hilang secara spontan atau apabila kondisi medis yang mendasarinya
berhasil ditangani. Serta pengawasan pada lingkup rumah sakit mungkin sangat
dibutuhkan.
2. Demensia,
perawatan yang tersedia untuk demensia tipe alzheimer terbatas pada obat-obatan
yang mungkin memperlambat perkembangan penyakit namun tidak dapat
menyembuhkannya.
3. Gangguan
amnestik, ingatan mungkin kembali secara spontan atau dengan perawatan yang
efektif terhadap kondisi yang mendasarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Nevid S, Jeffrey., Spencer A Rathus ., dan Beverly Greeny.
2005. Psikologi
Abnormal
Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, Mulutmu Harimaumu